Hai, wanita berkerudung
ungu yang aku temui di bandara Polonia, masih ingat denganku? Orang yang
pertama kali kau ajak kenalan ketika kita sampai di Medan. Kita pernah bertemu
tepat 6 tahun yang lalu dalam bis yang mengantarkan kita ke hotel madani. Masih
ingat? Kalau belum, aku dulu adalah laki-laki yang memakai kemeja warna hijau
dengan celana jeans dan tas berwarna hitam. Sudah sedikit ingat? Ya itu adalah
aku.
Maaf, mungkin kata yang
bisa aku ucapkan setelah pertemuan kita yang terakhir. Aku tidak pernah
menemuimu pasca pertemuan kita. Bukannya aku tidak mau, tapi tidak bisa. Dulu,
memang kau sempat memberiku nomor telpon dan kita seringkali sms-an hingga
larut malam. Namun, sekarang nomormu menghilang bersama dengan raibnya
handphoneku saat perjalanan menuju pulang di bandara. Aku kehilangan beberapa
kontak penting, salah satunya adalah kontakmu.
Untuk gadis Aceh yang sekarang
mungkin masih mencariku, atau sudah lupa denganku.
Seandainya kita bertemu di
era modern seperti ini, mungkin kita tidak akan pernah kehilangan kontak. Ya,
aku pikir akan seperti itu. Kita akan bertukar ID line, Twitter, Facebook, atau
Instagram. Tapi, dulu memang tidak seperti sekarang, apalagi aku memang gaptek.
Kau tahu, aku teringat
denganmu ketika aku sedang membersihkan barang lama di kamarku. Aku menemukan
gantungan kunci berbentuk rencong (salah satu pusaka aceh) dan ketika itu aku
mengingatmu, mengingat apa yang sudah berlalu, membuka folder foto pada zaman
itu tapi aku tak menemukan satupun wajahmu di folder itu. Mungkin karena kau
lupa membaginya denganku atau sudah hilang bersama handphone-ku? Ah akupun
sudah lupa dengan kejadian itu.
Sudah hampir seminggu ini
aku mencari namamu di mesin pencari Google. Berharap setidaknya aku menemukan
akun milikmu. Entah itu Twitter, Instagram, atau Blog. Tapi yang jadi
permasalahan hingga sekarang adalah aku lupa nama belakangmu. Zahra-kah? Atau Fatimah?
Aku masih tidak yakin dengan hal itu.
Setiap kali aku mencari
namamu, ada jutaan orang yang mempunyai nama yang sama, aku meneliti dan membayangkan
wajahmu yang sekarang sudah samar-samar di kepalaku masih dengan pengharapan
yang sama, yaitu menemukan kontakmu.
Kemarin, aku mendapatkan
satu nama yang berdomisili di Aceh. Sosoknya cantik, sama sepertimu, tapi aku masih belum yakin bahwa
itu adalah kamu. Ah memang menyesakkan sekali jika tidak bisa mengingat wajahmu
dengan jelas. Memoriku hanya mampu menyimpan lirikan, senyuman, dan sapaanmu
saja setiap pagi.
Untuk gadis manis dari Subulussalam.
Jika boleh jujur, aku
menyesal tidak bisa memenuhi ajakanmu untuk main ke rumahmu saat itu. Mungkin
jika aku menerimanya, mungkin kita akan duduk dibawah pohon dan menikmati secangkir
teh, kita bercanda seperti saat pertama kita bertemu, menghabiskan hari itu
dengan tawa dan senyummu yang manis itu. Tapi, itu hanyalah hayalan. Semuanya
sudah berjalan dan aku menolaknya.
6 tahun sudah kita tidak
bertemu. Apakah kau sudah menyelesaikan studimu dan bekerja sebagai guru yang
kau inginkan sejak kecil? Jika iya, alangkah berungtungnya muridmu bisa
mendapatkan senyuman manis itu sebelum mengawali harinya. Sedangkan aku? Aku masih berkutat
dengan segala kekosongan kegiatan. Mungkin menulis surat ini atau mengingatmu
bisa menjadi oase untukku. Sekaligus sebagai pelampiasan rindu sejak 6 tahun
yang lalu.
Untuk gadis yang sekarang
entah ada di mana.
Sejak hari ini dan
seterusnya, aku akan selalu berdoa kepada tuhan untuk mempertemukan kita
kembali dengan status apapun. Aku akan menepati janjiku untuk mengajakmu bermain di
pantai, berenang bersama ikan, menaiki kapal, dan memancing ikan besar bersama.
Jika kau mabuk, tenang saja. Sesuai janjiku waktu itu, aku akan memastikanmu
tenang, aman, dan bahagia bersamaku.
Satu minggu pertemuan kita
adalah satu minggu yang paling menyenangkan bagiku. Aku tidak pernah peduli
dengan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar kita, yang aku pedulikan adalah tatapan dan senyumanmu ketika kita bercengkrama bersama. Bahkan,
ketika kehabisan kata-kata dan akhirnya kita sama-sama terdiam, aku yakin hati
kita kala itu saling berbicara.
0 komentar: